Welcome to my blog

Welcome to my blog

Jumat, 04 Maret 2011

JANJI PALSU
Aku duduk terdiam di kursi meja belajarku, mengingat suatu kejadian empat tahun lalu. Terbayang sesosok laki-laki berperawakan tinggi dan agak kurus. Dia adalah Alvian, mantan pacarku. Aku masih ingat ketika pertama kali kita bertemu. Saat itu aku sedang mengikuti audisi band untuk acara perpisahan di sekolahku. Aku diperkenalkan oleh salah seorang temanku kepada Alvian, aku sama sekali tidak mengetahui bahwa Alvian satu sekolah denganku, ternyata dia pindahan dari Banyuwangi setahun yang lalu. Awalnya aku bersikap biasa saja, hanya menganggap dia teman. Tapi berbeda setelah aku dan Alvian sering berhubungan walaupun hanya sekedar sms atau telefon. Aku mulai merasa nyaman ketika sedang berbincang dengannya. Terlebih lagi ketika aku dan Alvian ditempatkan di kelas yang sama. Aku sering bercanda dengannya. Sampai suatu ketika dia menyatakan perasaannya padaku lewat sms.
“Hmm, Desi. Aku bener-bener ngerasa nyaman banget ada di deket kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku pengen hubungan kita bukan hanya sebatas teman. Kamu mau kan jadi pacar aku?” Alvian menyatakan perasaannya padaku.
Aku kaget, aku tidak tahu harus menjawab apa. Perasaanku tidak karuan. Kemudian aku memutuskan untuk menjawab pertanyaannya besok sepulang sekolah. “Vian, aku jawab besok yah di sekolah?”
“Okey, ga apa-apa kok.”
Entah apa yang harus aku lakukan. Sepanjang malam aku terus memikirkannya. Menerimanya atau tidak. Dan sampai akhirnya aku tertidur lelap.
Keesokan harinya, Alvian menagih janjiku untuk menjawab pertanyaannya semalam. Di lorong sekolah, aku duduk di sebuah kursi panjang bersama Alvian.
“Jadi… Gimana, Des? Tanya Alvian.
“Hmmm…” aku memejamkan mataku, menarik nafas dalam-dalam, berharap keputusanku ini tidak akan membuatku salah langkah. “Ya, aku mau jadi pacar kamu.” Jawabku singkat.
Alvian tersenyum dan aku membalas senyumannya. Wajah Alvian terlihat senang begitupun denganku.
Setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengannya aku sangat nyaman dan aku merasa kalau aku sangat menyayanginya. Akupun sudah diperkenalkan oleh Alvian kepada keluarganya, aku dekat dengan ayah, ibu dan adiknya Alvian. Mereka sangat baik, aku juga sering mengunjungi rumah Alvian. Begitupun dengan Alvian yang dekat dengan keluargaku. Sampai pada suatu hari Alvian mengatakan bahwa dia akan pindah lagi ke Banyuwangi.
“Hah? Kenapa, An? Kenapa kamu pindah lagi?” Tanyaku.
“Ayahku dipindah tugaskan lagi ke banyuwangi, Des. Aku sebenernya ga mau, aku pengen disini terus sama kamu. Tapi mau gimana lagi, Des?”
“Terus hubungan kita gimana?”
“Aku pengennya kita terusin hubungan kita walaupun aku pindah.”
“Emang kamu kapan bakalan pindah? Long distance relationship maksud kamu? Aku ragu, An.”
“Nanti kelulusan kelas 3 sayang. Kita pasti bisa, asalkan kita bisa saling jaga kepercayaan dan terus komunikasi.”
“Ya, baiklah. Kita pasti bisa.” Aku menahan air mataku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Yang jelas saat itu aku sangat menyayanginya, aku tidak ingin berpisah dengannya.
Dua tahun sudah aku menjalani long distance relationship dengan Alvian. Aku tidak menyangka hubungan kami masih terus bertahan. Namun, semua berubah ketika aku mengetahui bahwa Alvian sudah mempunyai pacar baru di Banyuwangi. Aku mengetahui ketika aku membuka account friendsternya. Terlihat seorang wanita bernama Virgie, wanita itu memanggil Alvian ‘sayang’. Aku tertegun, tapi aku masih belum percaya, aku mencari bukti kepada teman-teman Alvian di Banyuwangi. Ternyata benar Alvian berpacaran dengan Virgie. Aku bercerita kepada sahabat ku, aku datang ke rumah sahabatku, Vina. Aku bercerita semuanya.
“Terus kamu mau gimana, Des?” Tanya Vina.
“Aku mau cari bukti dulu, baru aku bakal mutusin Vian.”
“Yaudah, kalo emang bener Alvian selingkuh, emang ga ada gunanya lagi dipertahanin. Kamu yang sabar yah.”
“Ia, Na. Aku udah ilfeel banget sama Vian. Ga nyangka aja dia bakal kaya gini. Padahal dia yang bikin janji bakalan setia sama aku, eh malah dia sendiri yang ingkar. Terus sekarang dia berubah kaya brandal gitu.”
“Namanya juga cowo. Mungkin pergaulan disana emang beda sama disini.”
“Ia sih mungkin, Na.”
Setelah beberapa jam aku bercerita pada Vina, aku pulang ke rumah. Dan keesokan harinya aku memutuskan untuk putus dengan Vian. Aku mengirim pesan pada Alvian dengan nada agak kesal.
“An, udah kamu ga usah ngelak lagi, aku udah punya banyak bukti kalo kamu emang selingkuh disana. Aku rasa udah ga ada gunanya lagi kita pertahanin hubungan kita. Kita putus.”
“Tapi Des, aku bisa jelasin, kalo aku ga ada hubungan apa-apa sama Virgie, aku cuma temen sama dia, tapi dia suka manggil aku sayang.” Alvian berusaha menjelaskan.
“Udahlah, aku udah ga percaya lagi sama kamu! KITA PUTUS!”
Kemudian aku mematikan handphoneku, aku mematahkan sim card nya, lalu aku menggantinya dengan yang baru. Aku tidak ingin Alvian menghubungiku lagi. Aku ingin melupakan semua tentang dia. Lalu aku menangis. Dia tidak bisa menepati janjinya. Aku kecewa.

Selang beberapa bulan, saat aku sudah mulai bisa melupakannya. Aku membuka account facebook Alvian. Ternyata dia sudah mempunyai pacar baru lagi, bukan Virgie tapi Riska. Okey, aku bisa terima karena aku sudah melupakannya, malah aku berniat menjalin silaturahmi dengan Alvian. Memperbaiki hubunganku dengannya. Lalu aku meminta nomor handphonenya pada temanku.
“Hei, An! Gimana kabarnya? Terus gimana kabar ayah, mamah sama Ineu? Hmm… gimana hubungan kamu sama Riska? Baik-baik aja kan? Hehehe.” Pesan terkirim ke nomor Alvian.
“Heh. Ngapain kamu ngehubungin pacar aku lagi? Terus pake sok-sok an segala nanyain kabar ayah, mamah sama ineu? Ga usah sok akrab deh! Mau ganggu hubungan aku sama Alvian hah? Pokoknya kamu ga usah hubungin Alvian lagi!”
Hah? Gila. Itu pacar Alvian atau garong? Galak banget. Otomatis aku ga terima dikasarin sama cewek itu. Padahal niat aku baik, cuma pengen ngejalin silaturahmi aja sama keluarga Alvian, malah dibilangin sok akrab lagi. Ya ampun…
“Hmm… maaf yah aku bukan sok-sok an akrab atau gimana, tapi aku cuma mau ngejalin silaturahmi aja sama keluarga Alvian. Emang salah aku cuma nanya gimana kabar Alvian dan keluarganya hah?” Aku membalas pesannya.
“Jelas salah, kamu tuh bukan siapa-siapa Alvian lagi. Kamu ga berhak hubungin Alvian lagi dan keluarganya. Ngerti?”
Aku tidak membalas lagi pesan dari pacar Alvian. Aku cuma bisa mengelus dada. Ya ampun, Alvian tahan banget yah sama cewek overprotektif gitu… Haha… Yasudahlah, terserah dia aja toh aku ga rugi.
Setelah kejadian itu, kemarahan pacar Alvian tidak sampai disitu. Dia selalu memancing emosiku lewat status di facebook. Setiap aku post status yang menceritakan kehidupanku, Riska selalu berkomentar di statusnya dengan kata-kata ‘pedas’. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Entah sengaja atau tidak, aku tidak memperdulikannya.
Sampai suatu hari Riska mengirim pesan kepadaku bahwa dia meminta maaf atas perlakuannya padaku. Dia bilang, dia sangat cemburu padaku ketika aku mengirim pesan pada Alvian. Dia mengakui bahwa dia terlalu overprotektif pada Alvian. Tentu saja aku memaafkannya, karena aku sangat tidak ingin mempunyai musuh. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Alvian dan Riska membaik. Aku sangat senang sekali.
“Tiiit…tiiit….”
Bunyi klakson motor itu membuyarkan lamunanku, aku melihat ke luar jendela kamarku dan ternyata itu pacarku, Firman telah datang menjemputku untuk pergi makan bersama.
Ya, Firman adalah pacarku. Aku telah menjalin hubungan lama dengannya, kurang lebih satu tahun. Tapi lamunanku tadi bukan berarti aku masih sayang kepada Alvian, hanya sekedar mengingatkaku bahwa jangan terlalu mudah percaya dan menggantungkan harapan pada janji, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar